Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab Nakirah dan Ma’rifat Dalam Kitab Al-Fiyah Ibnu Malik

Hi.., al-hamdulillah kita bisa bersua lagi disini, semoga kita selalu diberi kesehatan Oleh Allah yang maha Rahman. Kali ini akan dibahas tema tentang "belajar ilmu nahwuBab Nakirah dan Ma’rifat Dalam Kitab Al-Fiyah Ibnu Malik". yuk pelajari selengkapnya...


الْنَّكِرَةُ وَالْمَعْرِفَةُ

PENGERTIAN NAKIROH DAN MA’RIFAT

نَكِرَةٌ قَـــــابِلُ أَلْ مُؤثِّــــرَاً ¤ أَوْ وَاقِعٌ مَوْقِعَ مَا قَدْ ذُكِرَا

Nakirah adalah Isim yang dapat menerima AL pemberi bekas ma’rifat, atau Isim yang menempati tempatnya Isim tersebut (dapat menerima AL Ma’rifat).

وَغَيْــرُهُ مَعْرِفَـةٌ كَــهُمْ وَذِي ¤ وَهِنْـدَ وَابْنـيِ وَالْغُلاَمِ وَالَّذِي

Selain tersebut (pengertian Isim Nakirah) dinamaka Ma’rifat, yaitu seperti هم (Isim Dhomir), ذي (Isim Isyaroh), هند (Isim Alam), ابني (Isim Mudhof), الغلام (Isim yg ada AL ma’rifatnya) dan الذي (Isim Maushul).

ISIM DHOMIR / KATA GANTI (BAGIAN ISIM MA’RIFAT YG PERTAMA)

فَمَا لِذِي غَيْبَةٍ أوْ حُضُورِ ¤ كَأَنْـتَ وَهْـوَ سَمِّ بِالضَّمِيْرِ

Setiap Isim yang menunjukkan arti ghaib dan hadir seperti contoh: انت dan هم , maka namakanlah! Isim Dhomir.

ISIM DHAMIR MUTTASHIL

وَذُو اتِّصَالٍ مِنْهُ مَا لاَ يُبْتَدَا ¤ وَلاَ يَلِي إلاَّ اخْتِيَــــارَاً أبَــدَا

Dhomir yg berstatus Muttashil adalah Isim Dhomir yang tidak bisa dijadikan permulaan dan tidak boleh mengiringi إلا selama masih bisa memilih demikian.

كَالْيَاءِ وَالْكَافِ مِنِ ابْني أكْرَمَكْ ¤ وَالْيَــاءِ وَالْهَا مِنْ سَلِيْهِ مَا مَلَكْ

Seperti Ya’ dan Kaf dari contoh lafadz: ابْني أكْرَمَكْ (Ya’ Mutakallim dan Kaf Mukhothob), dan seperti Ya’ dan Ha’ dari contoh lafadz: سَلِيْهِ مَا مَلَكْ (Ya’ Mukhotobah dan Ha’ Ghoib)

وَكُـلُّ مُضْمَرٍ لَـهُ الْبِنَا يَجِبْ ¤ وَلَفْظُ مَا جُرَّ كَلَفْظِ مَا نُصِبْ

Semua Dhomir wajib Mabni. Lafadz Dhomir yang dijarrkan, sama bentuknya dengan lafadz Dhomir yang dinashobkan.

لِلرَّفْعِ وَالْنَّصْبِ وَجَرَ نا صَلَحْ ¤ كَاعْـرِفْ بِنَا فَـإِنَّنَا نِلْـنَا الْمِـنَحْ

Dhomir Muttashil نا mencocoki semua bentuknya dalam mahal Rofa’, Nashob, dan Jarrnya. Seperti contoh lafadz: اعْرِفْ بِنَا فَإِنَّنَا نِلْنَا الْمِنَحْ ( ket. بنا = Mahal Jarr, فَإِنَّنَا = Mahal nashab, نِلْنَا = Mahal rofa’)

وَأَلِفٌ وَالْــوَاوُ وَالْنُّوْنُّ لِمَا ¤ غَابَ وَغَيْرِهِ كَقَامَا وَاعْلَمَا

Alif, Wau dan Nun, termasuk Dhomir Muttashil untuk Ghoib juga Hadhir. Seperti contoh: قَامَا (Alif Dhomir Muttashil Ghoibain, artinya: “mereka berdua telah berdiri”) dan contoh: اعْلَمَا (Alif Dhomir Muttashil Mukhothobain, artinya: “ketahuilah kalian berdua!”).

ISIM DOMIR YANG MUSTATIR

وَمِنْ ضَمِيْرِ الْرَّفْعِ مَا يَسْتَتِرُ ¤ كَافْعَلْ أوَافِقْ نَغتَبِطْ إذْ تُشْكرُ

Dhomir yang harus disimpan (Dhomir Mustatir) ada pada sebagian dhomir Rofa’, seperti pada contoh: افْعَلْ أوَافِقْ نَغتَبِطْ إذْ تُشْكرُ (ket: افْعَلْ = Fi’il ‘Amar untuk satu mukhotob, taqdirannya انت . dan  أوَافِقْ = Fi’il Mudhori’ untuk satu Mutakallim, taqdirannya انا. dan نَغتَبِطْ = Fi’il Mudhori’ untuk Mutakallim Ma’al Ghair, taqdirannya نحن . dan تُشْكرُ = Fi’il Mudhori’ untuk satu Mukhotob, taqdirannya انت.)

ISIM DHOMIR MUNFASHIL

وَذُو ارْتِفَاعٍ وَانْفِصَالٍ أَنَا هُوْ ¤ وَأَنْــتَ وَالْفُـــرُوْعُ لاَ تَشْــتَبِهُ

Dhomir Rofa’ dan Munfashil, yaitu أَنَا, هُوْ, أَنْتَ dan cabang-cabangnya yg tidak ada kemiripan.

وَذُو انْتِصَابٍ فِي انْفِصَالٍ جُعِلاَ ¤ إيَّايَ وَالْتَّـــفْرِيْعُ لَيْسَ مُشْـــكِلاَ

Dhomir Nashob yang dibuat untuk Munfashil, yaitu إيَّايَ dan cabang-cabangnya yg jelas tidak ada keisykalan.

PENGGUNAAN BENTUK DHOMIR

وَفِي اخْتِيَارٍ لاَ يَجِيء الْمُنْفَصِلْ ¤ إذَا تَــــأَتَّى أنْ يَجِيء الْمُتَّــصِلْ

Dalam keadaan bisa memilih, tidak boleh mendatangkan Dhomir Munfashil jika masih memungkinkan untuk mendatangkan Dhomir Muttashil.

وَصِلْ أَوِ افْصِلْ هَاء سَلْنِيْهِ وَمَا ¤ أَشْبَهَـهُ فِي كُنْـتُهُ الْخُــلْفُ انْتَمَى

Muttashil-kanlah atau Munfashil-kanlah..! (boleh memilih) untuk Dhomir Ha’ pada contoh lafadz سَلْنِيْهِ dan lafadz yang serupanya. Adapun perbedaan Ulama bernisbatkan kepada lafadz كُنْتُهُ.

كَـــذَاكَ خِلْتَنِيْــهِ وَاتِّصَــــــالاَ ¤ أَخْتَأارُ غَيْرِي اخْتَارَ الانْفِصَالاَ

Seperti itu juga, yaitu lafadz خِلْتَنِيْهِ , aku memilih menggunakan Dhomir Muttashil, selainku memilih menggunakan Dhomir Munfashil.

وَقَــــدِّمِ الأَخَصَّ فِي اتِّصَالِ ¤ وَقَدِّمَنْ مَا شِئْتَ فِي انْفِصَالِ

Dahulukanlah! Dhomir yang lebih khusus, di dalam penggunaan Dhomir Muttashil. Dan dahulukanlah Dhomir mana saja terserah kamu suka, di dalam penggunaan Dhomir Munfashil.

وَفِي اتِّحَادِ الرُّتْبَةِ الْزَمْ فَصْلاَ ¤ وَقَدْ يُبِيْحُ الْغَــيْبُ فِيْهِ وَصْـــلاَ

Gunakanlah! Dhomir Munfashil untuk perkumpulan Dhomir-Dhomir yg setingkat. Dan terkadang diperbolehkan penggunaan Dhamir Muttashil untuk perkumpulan Dhomir-Dhomir ghoib yg setingkat.

NUN WIQOYAH PEMISAH DHOMIR YA’ MUTAKALLIM dg KALIMAT FI’IL

وَقَبْلَ يَا الْنَّفْسِ مَعَ الْفِعْلِ الْتُزِمْ ¤ نُـــوْنُ وِقَــايَةٍ وَلَيْسِي قَدْ نُظِـــمْ

Sebelum Ya’ Mutakallim yang menyertai Kalimat Fi’il, ditetapkan (untuk dipasang) Nun Wiqoyah (nun pelindung). Sedangkan لَيْسِي sungguh ada yang menadzomkan seperti itu.

NUN WIQOYAH PEMISAH DHOMIR YA’ MUTAKALLIM dg KALIMAT HURUF

وَلــيْتَنيِ فَشَا وَلَيْتي نَـــدَرَا ¤ وَمَعْ لَعَلَّ اعْكِسْ وَكُنْ مُخَيَّراً

Contoh Lafadz seperti ليْتَنيِ (dgn Nun Wiqoyah) Sering dipakai, sedangkan Lafadz لَيْتي (tanpa Nun Wiqoyah) jarang digunakan. Dan perbalikkanlah Hukunya untuk lafadz yang menyertai لَعَلَّ. Dan jadilah kamu orang yang disuruh memilih!……

فِي الْبَاقِيَاتِ وَاضْطِرَارَاً خَفَّفَا ¤ مِنِّي وَعَنِّي بَعْـضُ مَنْ قَدْ سَلَفَا

…untuk sisa Kalimat Huruf lainnya (saudara لَيْت dan لَعَلَّ ). Dan karena alasan Darurat syi’ir, sebagian orang-orang dulu mentakhfifkan (tanpa tasydid/Nun wiqoyah) pada lafadz مِنِّي dan عَنِّي .

وَفِــي لَدُنِّــي لَدُنِــي قَـــلَّ وَفِـــي ¤ قَدْنِي وَقَطْنِي الْحَذْفُ أَيْضَاً قَدْ يَفِي

Untuk lafadz لَدُنِّي (dgn Nun Wiqoyah), jarang menggunakan lafadz لَدُنِي (tanpa Nun Wiqoyah). Dan untuk Lafadz قَدْنِي dan قَطْنِي dengan membuang (Nun Wiqoyah) terkadang terpenuhi.

************************


Oke demikian pembahasan tentang "Bab Nakirah dan Ma’rifat Dalam Kitab Al-Fiyah Ibnu Malik". semoga tulisan ini bisa menambah wawasan buat Kita semua. salam

1 komentar untuk "Bab Nakirah dan Ma’rifat Dalam Kitab Al-Fiyah Ibnu Malik"

  1. The outcomes of this examine affirm that the money and time spent on playing behaviors are elements that enhance the level of adolescent problem playing, which is in keeping with} earlier analysis outcomes . A vicious cycle where the addiction problem turns into extra severe is repeated , end result of|as a result of} adolescents with a high severity playing stage spend extra time on various patterns of playing behaviors to make 먹튀사이트 먹튀프렌즈 up for misplaced cash . In particular, adolescents who gamble at the problem stage are seeking the dramatic fun of winning, so they are repeatedly playing for a stronger stimulus.

    BalasHapus